oleh

Pro Kontra Program Nyamuk Wolbachia Tangkal DBD, Ketua DPRD Bontang Angkat Suara Minta Garansi

TEKAPEKALTIM — Belakangan ini ramai informasi mengenai penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan metode penyebaran Nyamuk Wolbachia yang diterapkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Diketahui, Wolbachia merupakan bakteri simbiotik yang secara alami ada pada hampir 70 persen spesies serangga di dunia, termasuk nyamuk.

Merujuk data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta tahun 2023, Implementasi teknologi nyamuk dengan bakteri Wolbachia berhasil menurunkan incidence rate demam berdarah di Yogyakarta di bawah standar WHO, yaitu 1,94 per 100 ribu penduduk data pada Juli 2023.

Meski begitu penerapannya masih menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Lantaran itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang turut bersuara.

Legislator Bontang berencana meminta klarifikasi Dinkes Bontang terkait penanganan tersebut sekaligus meminta garansi keamanan dari program ini.

Hal ini disampaikan Ketua DPRD Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam. Dirinya mengaku akan bertanya terkait metode pelaksanaan Nyamuk wolbachia. Termasuk dampak yang ditimbulkan dengan skema ini.

Pemanggilan ini diperlukan lantaran Wolbachia ditunda penyebarannya di Bali. Padahal, Bali dan Bontang sama-sama menjadi pilot project. Tetapi politikus Partai Golkar itu menilai, program tersebut bagus untuk menekan angka DBD.

Terbukti program ini sudah berhasil di Jogjakarta. Ia berpendapat warga Bontang tidak perlu khawatir secara berlebihan “Apalagi tanpa ada dasar. Karena itu akan menimbulkan kegaduhan,” ucapnya.

Dipandangnya, penundaan di Bali karena belum dilakukan sosialisasi. Padahal, tahapan ini sangat diperlukan, sehingga masyarakat bisa menerima informasi yang jelas terkait program Wolbachia.

Karena itu, ia meminta Dinkes untuk gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Bontang Barat dan Selatan. “Supaya program ini diserap secara utuh,” tutur dia.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Bontang, drg. Toetoek Pribadi Ekowati mengatakan, jadwal ini maju dari sebelumnya yang diperkirakan awal Januari. “Saat ini masih dilakukan persiapan,” terangnya.

Penyebaran Nyamuk Wolbachia diklaim efektif untuk menurunkan tingkat penularan DBD. Adapun hasil penelitian terbukti aman. Bahkan, lanjutnya, pada 2021 lalu World Health Organization (WHO) telah mengakui dan menganjurkan penggunaannya.

“Efektivitas penurunannya juga telah dilakukan di 13 negara lain,” ujar dia.

Artinya, tidak ada rekayasa genetik dalam teknologi Wolbachia. Penyebaran nyamuk yang dilakukan saat ini pun merupakan implementasi, bukan lagi uji coba.

“Uji coba sudah dilakukan. Saat ini penerapannya dilakukan di lima kota yakni Jakarta Barat, Bandung, Kupang, Semarang, dan Bontang,” pungkasnya. (Adv/Dprdbontang)

Komentar