TEKAPEKALTIM — Salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi saat berada di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim) adalah Danau Jempang Tanjung Isuy.
Danau Jempang adalah danau dengan luas 15 ribu hektare dengan kedalaman 7-8 meter di Kabupaten Kutai Barat. Selain kecantikannya, danau ini ini menyimapan beragam flora dan fauna. Serta potensi seni budaya masyarakat Kampung Tanjung Isuy.
Jarak memang yang menjadi kendala. Namun bagi wisatawan yang memiliki jiwa adventure, hal tersebut justru menjadi tantangan dan keasyikan tersendiri.
Danau di Kecamatan Jempang ini berbatasan dengan Kecamatan Penyinggahan (Kutai Barat) dan Kecamatan Muara Muntai (Kutai Kartanegara). Berada tepat di arah barat kota Samarinda. Dengan garis lurus saja jaraknya sudah mencapai 100 km.
Dengan perjalanan darat, rute Samarinda – Danau Jempang, jarak tempuhnya adalah sekitar 213 kilometer. Dengan waktu tempuh sekitar 6,5 – 7 jam berkendara.
Pelancong bisa menggunakan bus trayek Samarinda – Tanjung Isuy. Berangkat dari Terminal Sungai Kunjang, Samarinda.
Dengan moda transportasi perahu, Samarinda – Tanjung Isuy, membutuhkan waktu seharian. Berangkat dari Dermaga Sungai Kunjang, Samarinda.
Objek wisata kebanggaan masyarakat Kecamatan Jempang ini memiliki beberapa daya tarik. Semua bisa menjadi pertimbangan wisatawan untuk memutuskan berkunjung atau tidak.
Salah satu fakta menarik adalah, danau ini adalah yang terbesar di antara 76 danau lain di sepanjang aliran Sungai Mahakam.
Luasnya mencapai 15.000 hektare. Berada di tengahnya akan merasa seperti di tengah lautan luas. Saat berada di tepiannya akan seperti berada di tepi laut.
Kedalaman danau ini antara 7-8 meter. Cukup dalam bagi yang tidak bisa berenang. Danau seluas ini tentu saja memiliki kenaekaragaman flora dan fauna.
Untuk fauna, di sini sering kali terlihat beberapa jenis burung. Antara lain; kuntul perak, kuntul kerbau, kuntul besar, kuntul kecil.
Kemudian ada pecuk ular asia, blekok sawah, trinil pantai, walet raksasa, cangak merah, dan bangau tongtong.
Keunikan lain dari danau ini adalah bisa kering setiap lima tahun. Inilah fenomena alam yang unik dan terjadi dalam 5 tahun sekali di danau ini. Benar-benar kering sehingga akan tampak seperti gurun yang benar-benar kering.
Keunikan inilah yang membuat danau ini menarik beberapa traveler, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Karena danau ini mengering sekali dalam 5 tahun, otomatis pola penghidupan masyarakar sekitarnya ikut berubah.
Saat danau penuh terisi air, penduduk akan mencari penghidupan sebagai nelayan. Mereka mencari/menangkap ikan yang hidup di danau. Di saat kering, mereka menyesuaikan diri dengan menjadi Petani.
Namun untuk menjaga ekosistem ikan danau, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim terus menjaganya. Salah satunya dengan aturan soal alat tangkap ikan standar yang diperbolehkan.
Beberapa kali mereka telah menangkap Nelayan besar yang menggunakan ‘sawaran’. Sedangkan masyarakat Nelayan yang jumlahnya ribuan orang biasa menggunakan alat tradisional berupa pukat.
Selain itu, budaya Suku Dayak tidak perlu diragukan lagi. Mereka memiliki banyak keragaman budaya yang unik dan indah.
Saat bertandang ke danau ini, wisatawan akan melihat dari dekat bagaimana masyarakat Dayak tinggal di rumah-rumah kayu panggung di sekitar danau.
Jika ke dermaga, coba perhatikan ukiran kayu bermotif naga di sana. Masyarakat Dayak memercayai, naga adalah sosok hewan surgawi yang melambangkan kekuatan.
Coba juga eksplrasi kerajinan tangan mereka berupa ukir patung dan Ulap Doyo. Jangan lewatkan juga untuk melihat-lihat Rumah Panjang khas Dayak, Lamin. Lamin bisa ditemukan berdiri di perkampungan di sekitar danau. (tqm/adv/dispar)
Komentar