Petani Milenial di Kaltim Hadapi Tantangan Serius: Inisiatif Tinggi, Dukungan Lemah
TEKAPEKALTIM — Para petani milenial di Kalimantan Timur (Kaltim) dinilai telah menunjukkan kemajuan dalam pendekatan bertani yang lebih modern dan produktif.
Namun, di tengah semangat dan inisiatif mandiri yang mulai tumbuh di sejumlah wilayah seperti Kutai Kartanegara, Paser, dan Berau, mereka justru masih menghadapi berbagai keterbatasan struktural yang belum teratasi secara sistematis.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, mengungkapkan bahwa kelompok petani muda tersebut memiliki potensi besar untuk membawa perubahan dalam sektor pertanian, namun kerap terkendala oleh minimnya dukungan nyata dari sisi kebijakan dan infrastruktur.
“Anak-anak muda ini sudah mulai bergerak sendiri. Mereka mencoba menerapkan metode yang lebih efisien dan berpikir soal bisnis. Tapi, tanpa dukungan sistem yang kuat, semangat itu bisa saja padam di tengah jalan,” ujar Reza.
Menurutnya, tantangan yang paling mencolok meliputi keterbatasan akses terhadap pembiayaan pertanian, lemahnya jaringan distribusi produk, dan belum tersedianya pelatihan teknis yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan petani generasi baru.
Hal ini dinilai menjadi penghambat utama dalam upaya mengembangkan pertanian modern yang berbasis inovasi dan teknologi.
Reza menekankan bahwa para petani milenial tak lagi melihat bertani sekadar sebagai aktivitas turun-temurun, melainkan sebagai bentuk wirausaha yang menuntut efisiensi, penguasaan pasar, serta kemampuan branding.
Namun, sayangnya, kebijakan pemerintah saat ini masih lebih banyak berfokus pada penyediaan alat dan sarana fisik, bukan penguatan ekosistem yang mendukung model pertanian yang baru ini.
Ia menilai penting bagi pemerintah daerah untuk segera mengevaluasi ulang pendekatan pembangunan pertanian yang ada. Dukungan seperti kemudahan akses modal berbasis digital, pelatihan teknologi, dan sistem distribusi yang kuat harus segera disediakan jika ingin potensi petani muda benar-benar berkembang.
“Jika petani milenial terus berjuang sendiri tanpa sistem pendukung, kita akan kehilangan peluang emas untuk mereformasi sektor pertanian secara menyeluruh,” tegasnya.
Lebih lanjut, Reza mendorong agar pemerintah mulai merancang kebijakan yang secara khusus menyasar kelompok petani muda ini baik dari sisi permodalan, transfer pengetahuan, hingga pembukaan pasar. Menurutnya, hanya dengan cara itulah sektor pertanian Kaltim dapat berkembang secara berkelanjutan dan kompetitif di masa depan. (Raf/ADV DPRD KALTIM).
Tinggalkan Balasan