TEKAPEKALTIM — Pekan Olahraga Mahasiswa Tingkat Nasional (POMNAS) merupakan pertandingan yang diselenggarakan sejak tahun 1990 dan diadakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Waktu penyelenggaraannya sendiri disesuaikan dengan kalender akademik perguruan tinggi yang telah ditentukan melalui Rapat Kerja Nasional, paling lambat 1 (satu) tahun sebelum penyelenggaraan POMNAS.
Pada tahun ini POMNAS tersebut akan berlangsung selama 10 hari sejak tanggal 12-22 November 2023 mendatang, dengan Kalimantan Selatan (Kalsel) sebagai tuan rumahnya.
Lantaran itu, sejumlah 130 atlet Kalimantan Timur (Kaltim) dari 13 Cabang Olahraga (Cabor) resmi dilepas untuk menghadapi POMNAS ke-18 di Aula Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, Komplek GOR Kadrie Oening pada Senin (30/10).
Agus Hari Kesuma (AHK) selaku Kepala Dispora Kaltim yang bertindak langsung dalam pelepasan rombongan kontingen Benua Etam itu.
Dalam sambutannya AHK menyampaikan kepada seluruh atlet agar meraih prestasi sebaik mungkin dengan mengutamakan etika saat berada di daerah lain.
“Pertama yang ingin saya sampaikan bahwa selalu menjaga etika dan tentunya mengutamakan semangat juang. Kedua, perlu teman-teman ketahui bahwa level mahasiswa masih berada di bawah pembinaan kami langsung dari Dispora dan KONI,” ucap AHK.
Selain itu dirinya berharap untuk persiapan POMNAS berikutnya akan dilakukan pertandingan antar universitas se-Kaltim dan dilanjutkan Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda).
Hal ini, kata Agus, sebab dirinya tidak ingin mengirimkan atlet yang sembarangan.
“Ketiga, tahun ke depan saya mengharapkan kalian itu ada Porprov antar universitas. Keempat, tentunya ada seragam, TC atau Pustalda. Jadi yang dipilih tidak abal-abal,” katanya.
Lebih lanjut, AHK juga berpesan kepada Rektor Unmul dan perwakilan perguruan tinggi yang hadir untuk mendukung program olahraga di tempatnya masing-masing.
Agus berharap bisa menerapkan konsep 70/30 bagi atlet berprestasi di lingkup perguruan tinggi demi kejayaan olahraga di Kaltim.
Program tersebut difokuskan pada pemusatan latihan khusus bagi atlet, sedangkan yang minimalisnya adalah bagian akademis.
“Artinya kalau 70/30 kita bisa pelan-pelan, sebelumnya kalau pelan-pelan training camp kita bisa latihan online atau nanti saya tanyakan ketua KONI terkait masalah ini karena kalau olahraga itu harus 70/30. 70 latihan belajarnya 30,” kata AHK.
Menurutnya, jika program tersebut bisa berjalan selanjutnya akan dialihkan ke KONI untuk mengikuti multi event seperti PON. Sehingga ada TC yang berjalan seperti layaknya seorang tentara.
“Karena kalau sudah TC harus fokus latihan, doktrinnya tentara,” tandasnya. (adv/dispora)
Komentar