TEKAPEKALTIM — Dianugerahi keanekaragaman etnis dan suku, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tersebar di seluruh daerah Nusantara. Derasnya arus modernisasi, tidak melenyapkan pesona dan keindahan budaya tersebut. Sejumlah adat istiadat masih terjaga di sejumlah daerah. Salah satunya adalah suku dayak di pulau Kalimantan.
Terkenal akan keunikannya, budaya suku Dayak tak bisa dilepaskan dari harmonisasi hubungan antara manusia dengan alam, roh leluhur, dan sebagainya. Misalnya saja upacara adat Hudoq, Tari Dayak yang memanifestasikan syukur atas melimpahnya hasil panen.
Berbagai keunikan yang ada pada tarian Hudoq membuat tarian ini sering dipersembahkan dalam acara atau perayaan besar.
Termasuk belum lama ini, Dinas Pariwisata Kaltim, memberikan persembahan tarian Hudoq di malam puncak Festival IKN Yogyakarta pada awal November lalu.
Ya, Hudoq adalah tarian tradisional Kalimantan timur yang menggunakan topeng kayu cukup besar untuk menutupi wajah dan kepala. Selain itu, para penari juga mengenakan dedaunan yang dibuat menjadi semacam rumbai-rumbai.
Tak hanya digelar dalam rangka membuka lahan pertanian atau manifestasi rasa syukur atas panen yang melimpah, tarian Hudoq menjadi sarana penghubung antara roh-roh gaib dengan manusia untuk berkomunikasi dan mengusir roh-roh jahat yang ada di sekeliling merek. Hudoq pun berkembang sebagai pengikat rasa solidaritas dan kebersamaan masyarakat serta menjadi hiburan.
Hudoq, atau topeng dalam istilah Suku Dayak, digambarkan dalam wujud muka babi, monyet, atau binatang-binatang lain yang dianggap sebagai hama.
Sebaliknya, burung elang dilambangkan sebagai binatang yang akan melindungi dan memelihara hasil panen masyarakat Dayak. Sementara, Hudoq yang berwujud manusia merupakan simbol nenek moyang.
Siapa pun bisa turut serta dalam tarian Hudoq asal memiliki niat yang kuat dan kesanggupan fisik. Namun, sebelum menari penting untuk mengetahui sejumlah pantangan yang tidak boleh dilakukan dalam tarian yang berkatakter mistis ini. (*/adv/dispar)
Komentar