oleh

Guru SD Muhammadiyah Kreatif Bontang Sampaikan Permintaannya Kepada Dewan Pendidikan

Bontang — Kreatif Muhammadiyah Boarding School (KMBS) Kota Bontang menggelar dialog dengan tajuk “Pandidikan Peduli Kesehatan” pada Kamis 6 Juni 2024. Berlangsung di KMBS.

Mengutip katakaltim.com agenda itu menghadirkan narasumber aktivis kesehatan Kota Bontang sekaligus Dewan Pendidikan Muhammadiyah Bontang, Neni Moerniaeni (Neni).

Dalam sambutannya Manajer Sekolah Kreatif Bontang Rahmad Budiono menerangkan konsep sekolah kreatif Muhammadiyah. Salah satunya adalah menampung dan memfasilitasi anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kota Bontang.

“Sekolah Kreatif didirikan tahun 2014 pada 4 Februari. Bergerak pelan tapi pasti. Berawal dari 22 santri. Konsep kami adalah sekolah kreatif memberikan fasilitas kepada anak-anak ABK. Kedua, kita didukung oleh SDM yang cukup mumpuni sesuai dengan skill, kurang lebih ada 60 orang,” paparnya.

“Nanti ke depan kalau bunda (Neni) diberi amanah, yang perlu diperhatikan ini adalah guru pendamping. Ini tidak bisa masuk dapodik. Mungkin ada kebijakan khusus di Bontang tidak masuk dapodik tetapi ada formula khusus yang nanti jadi pilot project,” tambah dia.

Lebih lanjut Rahmad menerangkan jumlah ABK di Kota Bontang setiap tahun mengalami peningkatan. “Karena di Bontang ini lebih dari 100 ABK. Yang sekolah di sini kurang lebih 34. Selebihnya di tempat lain. Cenderung dari tahun ke tahun berkembang.“

“Ketiga, tenaga kependidikan ini perlu diperhatikan khususnya di bidang kesehatan. Hampir semuanya di sini tidak punya BPJS Kesehatan. Tapi alhamdulillah hampir tiap tahun kami terima surat dari BPJS disuruh ikut,” sambungnya.

Ditambahkan Rahmad alasan pihaknya mengambil tema Pendidikan Peduli Kesehatan lantaran kesehatan begitu penting dalam keberlangsungan pendidikan. Bukan hanya bagi gurunya, tapi juga muridnya.

“Keempat, kami mengambil tema ini karena banyak hal yang harus dikomunikasikan. Bukan an sich saja kesehatan gurunya, tapi juga kesehatan siswanya, lingkungannya dan sebagainya,” tuturnya.

“Kami sering mengundang dari Puskesmas untuk melakukan pelatihan dokter kecil. Alhamdulillah dua tahun, bahkan tiga tahun ini belum bisa difasilitasi karena mungkin keterbatasan tenaga. Padahal itu sangat penting,” sambung dia.

Sementara itu Neni menceritakan dirinya pada saat meletakkan batu pertama pembangunan sekolah tersebut. Ia juga memaparkan kondisi pendidikan dan kesehatan di Kota Bontang.

Neni mengaku sejak dulu dirinya berkomitmen meningkatkan pendidikan dan kesehatan di Kota Bontang. Bahkan, ia menegaskan setiap sektor harus dikembangkan bersama-sama. Mengingat, kata dia, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota ini mengalami penurunan.

“Saya tidak menyangka (sekolah ini) sudah 14 tahun sudah punya visi misi yang luar biasa. Ini juga sekolah yang jadi kebanggaan kita bersama. Dari dulu memang kita komitmen terhadap pendidikan, kesehatan, lingkungan dan semuanya. Kita harus berkomitmen,” terangnya di hadapan puluhan guru.

“Kota Bontang ini IPM-nya peringkat ketiga. Pertama itu Samarinda dan kedua ada Balikpapan. Walaupun kita pernah menempati rangking pertama. Ini juga PR bagi kita semua. Karena kalau kita bicara IPM salah satunya adalah akses pendidikan, kesehatan, usia harapan hidup dan lain sebagainya,” sambungnya.

Bacalon Wali Kota Bontang itu lebih jauh menerangkan kewajiban pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sesuai dengan amant Undang-undang (UU). Apalagi saat ini dengan anggaran fantastis, Bontang seharusnya lebih maju.

“Kemudian kalau saya mencatat, tadi disampaikan 58 SD dan 32 adalah sekolah swasta. Tapi di catatan saya SD itu 52, dan 32 nya itu swasta. Kalau kita bicara pendidikan, itu ada UU-nya nomor 20 tahun 2003. Nahh ini mengikat, alokasi anggarannya harus 20 persen,” tuturnya.

“Kalau kita melanggar akan ada konsekuensi hukum. 20 persen dari APBD insyaallah, di murni kemarin ada 2,5 triliun artinya ada 500 miliar untuk urusi pendidikan. Bontang itu kecil aja kok, semua bisa kita kelola dengan baik. Lebih-lebih sekarang ditunjang dengan dana yang cukup fantastis,” tambahnya.

Lebih jauh Neni merasa prihatin atas aduan beberapa guru yang pendapatannya (Take home pay) tidak mencukupi kebutuhan mereka. Padahal, kata dia, guru adalah salah satu tonggak bangsa ini.

“Tadi bunda prihatin, kita bincang-bincang sedikit, katanya tenaga pendidik take home pay-nya tidak sampai UMK ya. Padahal yang namanya pendidikan itu harus memanusiakan manusia, harus memberi akses yang seluas-luasnya, yaitu adanya kesempatan dan kesetaraan,” ujarnya.

Dia pun menambahkan, tak ada suatu bangsa yang meraih kesehahteraan tanpa memberi perhatian kepada tenaga pendidiknya. Karena itu investasi di bidang pendidikan menjadi hal yang primer bagi suatu bangsa.

“Kita harus meyakini bahwa membangun negeri itu dengan pendidikan. Kita harus berinvestasi dalam bidang ini. Kalau ini dilakukan, yakin dan percaya, meskipun dengan waktu yang lama, sampai puluhan tahun, juga akan berhasil. Tapi kalau kita tidak peduli, juga tak akan bisa mengembangkan pendidikan kita,” tandas Neni.

“Ketika bom meledak di Hirosima dan Nagasaki, yang ditanyakan oleh pemimpinnya adalah berapa guru yang tersedia? Artinya seorang pemimpin itu meyakini untuk membangun negara, pondasi yang kuat adalah membangun pendidikan,” tegasnya.

Di kesempatan itu juga Neni banyak menerangkan visi-misi-nya untuk membangun Kota Bontang agar lebih sejahterah. (*)

Komentar