TEKAPEKALTIM — Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait syarat menjadi presiden sampai saat ini diberondong tanggapan publik.
Banyak pakar pun menilai keputusan tersebut merupakan sebentuk politisasi sebagaimana yang ditegaskan pakar Hukum Tata Negara (HTN) Zainal Arifin Mochtar.
Zainal bahkan merilis opininya dengan tajuk “Patah Palu Hakim di Hadapan Politik” pada Rabu (18/10). Lebih jauh, komentar publik pun ramai dengan tagline MK hanyalah singkatan dari “Mahkamah Kelurga”.
Sementara itu, Filosof yang sekaligus pengamat politik ternama Rocky Gerung menanggapi dampak putusan MK. Dirinya menyebutkan bahwa putusan tersebut berakibat buruk pada permainan politik Presiden Jokowi.
“Justru kalau terima Gibran (sebagai Cawapres), dia (Ganjar dan Prabowo) jatuh tuh. Karena Gibran itu jadi liability, lain ketika mungkin 2 bulan lalu Mahkamah Konstitusi ajukan semacam cara berpikir yang masuk akal, sekarang kan orang anggap bahwa marwah Mahkamah Konstitusi itu sudah hancur habis-habisan,” ucap Rocky di YouTube Rocky Gerung Official, Rabu (18/10).
“Jadi Gibran juga mau ngapain di situ tuh, demikian juga Prabowo. Saya kira juga Gerindra punya pikiran alternatif untuk melihat bahwa ngapain mengajak seseorang yang sudah Bonyok gitu kan. Apalagi dibonyokin oleh pamannya sendiri, kan itu intinya,” tambahnya.
Rocky juga menyayangkan Gibran yang menjadi ‘umpan’ dalam permainan politik yang berdampak pada dirinya sehingga dibully oleh masyarakat Indonesia.
“Jadi Gibran juga kasihan, dia diumpankan di situ untuk jadi bonyok. Masak nggak ada hitungan bahwa Gibran pasti akan dibully satu Indonesia tuh. Nah Bagaimana memulihkan Gerindra kalau Gerindra masih ngambil barang Bonyok? Itu intinya tu,” tandas Rocky.
“Saya tetap percaya bahwa Prabowo punya kalkulasi tentang Gibran dengan menghormati misalnya kesepakatan dengan Presiden Jokowi, tetapi kesalahan itu dibuat oleh Mahkamah Konstitusi. Seandainya Mahkamah Konstitusi punya cara yang agak elegan ya mungkin Gibran masih bisa diselamatkan di dalam opini publik. Kalau sekarang, opini publik sudah hancur (soal Gibran),” tegasnya.
Pengamat politik itu juga menerangkan bahwa Ketua Umum Gerindra memiliki pikiran alternatif di mana memasukkan Gibran adalah suatu pilihan berbahaya bagi tubuh Gerindra dan pertarungan Pilpres mendatang.
“Jadi nanti Pak Prabowo mungkin punya pikiran alternatif bahwa ini bahaya dan saya kira teman-teman di Gerindra juga tetap mampu untuk menilai apakah memasukkan Gibran itu menambah elektabilitas atau justru memerosotkan, itu kira-kira. Jadi hitungan saya Pak Prabowo akan mendaftar di hari terakhir kira-kira begitu,” papar Rocky.
Rocky juga bilang bahwa, “PDIP sudah tiba pada keputusan final, (yaitu) tidak bisa (terima) Gibran. Hal yang sama mustinya juga diputuskan oleh Gerindra karena nanti akan ada olok-olok nih (bahwa) barang yang enggak diterima oleh PDIP pun masih diambil oleh Gerindra. Kan begitu kan? Jadi bekas barang dan barang bekas menyatu di Gerindra tuh.”
Filosof ternama itu juga mengira bahwa masuknya Gibran ke dalam kubu Gerindra akan menjadikan Gerindra merosot karena memasukkan ‘virus’ ke dalam tubuhnya.
“Ini sebetulnya akan memerosotkan moral publik para pendukung Gerindra. (Sementara) Pak Prabowo itu angkanya tinggi sekali karena pekerjaan-pekerjaan Gerindra secara institusional. Sekarang di dalam tubuh yang sehat itu dimasukkan virus yang namanya Gibran. Kan orang akan melihat ini bakteri ni, ngapain ada bakteri di situ?,” imbuh Rocky.
“Bukan Gibran yang salah, yang salah adalah proses untuk menjadikan Gibran calon wakil presiden, ngaconya di situ tu. Gibran dengan senang hati (berpotensi) bisa jadi calon wakil presiden dan bisa membuat sejarah, tapi sekarang dia mungkin ketakutan juga tuh. Bagaimana kalau dia gagal misalnya… ya habislah reputasi keluarga istana tu,” terangnya. (*)
Komentar